Jumat, 23 November 2012

Di Balik Kata Cinta


Zaman sekarang siapa sih yang tidak kenal kata cinta? hampir setiap orang kenal bahkan kata itu sudah sangat akrab di telinga setiap orang. Jangan kan orang dewasa dan anak-anak remaja, anak-anak kecil-pun yang masih SD sudah banyak yang mengenal kata itu meski mereka belum begitu faham dan belum merasakan apa yang mereka sebut dengan "cinta".
Karena saking dekat dan familiarnya kata cinta itu dalam kehidupan kita, hampir setiap kalangan terutama para pecinta dan ahli sastra gemar merangkai kata-kata indah sebagai ungkapan tentang arti cinta, yang biasa mereka
sebut dengan wisedom atau kata mutiara. Ada yang mengungkapkan bahwa cinta itu buta "love is blind" (artinya bukan mencinai orang buta lho...), ada juga yang menganalogkan bahwa cinta itu laksana perang, mudah untuk dimulai tapi sangat sulit untuk diakhiri "love is like war, easy to begin but so hard to be ended." Dan ada juga sebagian dari orang-orang yang sering gagal dan prustasi dalam menjalin hubungan cinta, mereka mengungkapkan bahwa cinta adalah .... kucing. Maka ada benarnya juga Rhoma Irama mengatakan dalam Syair dawai asmara-nya
"Syair para pujangga mengabadikan cinta * hati para dewasa pasti tersentuh cinta"
Begitu hebatnya pengaruh cinta. sehingga seluruh manusia dari setiap kalangan, golongan, umur, ras, serta bangsa, seluruhnya menyempatkan diri untuk memikirkan arti kata "love" ini. Kata orang cinta adalah sumber kekuatan, sumber inspirasi, bahkan sumber kehidupan, tapi pada saat yang sama ada yang juga yang mengatakan bahwa cinta sumber kehancuran dan penderitaan. Benar tidaknya statemen-statemen tersebut adalah relatif, tergantung bagaimana kita memandang arti cinta tersebut dan bagaimana kita berinteraksi dengannya. Terlepas dari benar atau tidaknya itu semua, saya yakin semua sepakat bahwa cinta memiliki kekuatan yang dahsyat dan luar biasa. Seorang yang hatinya sedang berbunga-bunga karena cinta, yang jiwanya sedang memuja kekasih hati, ia cenderung senang, gembira,bahkan kuat menahan lapar dan haus bila sedang berada di sisinya, tapi sebaliknya, apabila ia jauh maka dunia laksana neraka, dunia terasa sempit, waktu terasa enggan untuk berjalan, lidah rasanya pahit untuk menyantap hidangan, dalam hal ini Cinta ibarat penyakit yang tidak ada obatnya kecuali si Dia.
Karena cinta seseorang bisa meninggalkan apa yang ia sukai, bahkan yang ia butuhkan. Bahkan bisa dikatakan karena cinta orang bisa mengorbankan semua yang ia miliki termasuk dirinya sendiri. Maka sudah bukan suatu yang aneh lagi kalau ada seseorang sanggup melupakan rasa lapar, haus, dan segala penderitaan yang lain demi orang yang ia cintai. Itulah hakikat kekuatan cinta. Cinta adalah kekuatan dahsyat yang dapat menggerakkan hati, sehingga sang pemilik hati mau melakukan apapun demi meraih apa yang diinginkan cintanya. Cinta adalah motor penggerak jiwa dan raga.
Ada sebuah fakta sejarah yang dapat kita jadikan bukti akan dahsyatnya kekuatan cinta. Pada tahun 1991 kongres Amerika mengeluarkan keputusan undang-undang yang tegas tentang pelarangan produksi, pemaikaian, dan jual beli miras (minuman keras), baik secara terang-terangan atau secara rahasia, bahkan keputusan tersebut menekankan ketegasan hukuman bagi siap saja yang melanggar. Itu terjadi setelah mereka mengetahui dan memahami akan bahayanya miras bagi kehidupan mereka secara jasmani dan rohani. Tapi sayangnya kesadaran logis (akal) yang mereka gunakan pada saat itu tidak dibarengi dengan kekuatan emosi hati (cinta). Maka hasilnya, praktek dari pada UU tersebut tidak bisa bertahan lama, barang kali hanya berjalan beberapa bulan, bahkan mungkin cuma beberapa minggu. Bisa dibayangkan, sebuah kebiasaan murni saja yang sudah mendarah daging pada sebuah masyarakat akan sangat sulit untuk dihilangkan begitu saja, apatah lagi itu adalah kebiasaan yang dibarengi dengan unsur candu yang terdapat dalam miras itu sendiri. Akhir kisahnya UU tersebut hanyalah tinggal tetesan-tetesan tinta yang tercecer di atas kertas tanpa adanya penerapan sama sekali. Sehingga pada tahun 1933 konggres Amerika memutuskan untuk mencabut kembali keputusan UU tersebut. Ternyata kesadaran akal murni tidak cukup untuk menjadi motor penggerak yang kuat untuk menghilangkan sebuah adat atau kebiasaan yang buruk, karena memak pada hakikatnya tugas akal bukanlah sebagai motor penggerak akan tetapi ia hanyalah laksana lampu yang tugasnya tidak lebih dari pada sekedar memberitakan sebuah kenyataan apa adanya, adapun yang bisa menggerakkan manusia adalah hatinya.
Berbeda halnya, dengan apa yang terjadi pada 1400 tahun yang silam. Pada saat bangsa Arab Madinah belum banyak mengetahui ilmu kesehatan atau kedokteran. Pada saat pemerintah belum memiliki banyak aparat yang mengontrol jalannya undang-undang di jalan-jalan kota. Dengan keadaan masyarakat yang sudah sangat bergantung dan candu pada miras, sampai pada ukuran "no day without wine" bahkan lebih dari pada itu "no meal without wine", "apapun makannya minumannya tetap khamar" cinta -yang telah bersemayam dalam jiwa-jiwa mereka- bisa menggerakan hati mereka untuk meninggalakan apa yang mereka sukai bahkan candui. Pada saat turun kepada merka ayat dari Allah SWT yang di bacakan lewat lisan kekasih mereka, Rasullallah SAW:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ * إِنَّمَا يُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُوقِعَ بَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةَ وَالْبَغْضَاءَ فِي الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ وَيَصُدَّكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَعَنِ الصَّلَاةِ فَهَلْ أَنْتُمْ مُنْتَهُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamar (miras), berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu, niscaya kamu mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan hal-hal yang demikian)! (al-Maidah:90-91)
Mendengar seruan tersebut mereka seraya menjawab tanpa keraguan: "kami berhenti... kami berhenti..." maka seketika itu juga mereka bergegas membuang khamar-khamar yang berada di rumah-rumah mereka ke jalanan. Ternyata kekuatan cinta dapat merubah segalanya. Demi cinta mereka rela meninggalkan miras yang sudah mendarah daging dalam kehidupan sehari-hari mereka, bahkan demi cinta itu mereka rela mengorbankan harta, keluarga dan ruh mereka sendiri. Itu semua karena cinta yang sudah mengakar kuat di dalam hati mereka. Cinta itu adalah cinta mereka terhadap Allah dan Rasul-Nya.
Demi cinta, seseorang bisa menahan berbagai macam penderitaan. Demi cinta, ia mau mengorbankan segala apa yang ia miliki. Maka sungguh dusta jika ada seseorang mengaku cinta tapi ia tidak pernah mengingat kekasihnya, enggan memenuhi pintanya. Persis seperti apa yang dikatakan oleh Rabi'ah Adawiyah:
"Bagaimana mungkin kau mengaku cinta pada tuhanmu, sedang kau melanggar titahnya? Demi hidupku! ini adalah logika yang indah : jikalau kau memang benar mencintainya niscaya kau akan menaatinya, sesungguhnya seorang pencinta akan selalu taat pada kekasihnya."
Demikian pula Imam al-Ghazali dalam kitabnya Ihya berkata:
"Barang siapa yang mengaku tentang 4 hal tanpa mengerjakan 4 hal yang lainnya maka ia adalah pendusta: dan barang siapa mengaku cinta surga akan tetapi ia tidak taat maka ia adalah pendusta; dan barang siapa yang mengaku cinta Rasullallah SAW akan tetapi ia tidak mencintai ulama dan orang-orang faqir maka ia adalah pendusta; dan barang siapa mengaku takut pada neraka akan tetapi ia tidak meninggalkan maksiat maka ia adalah pendusta; dan barang siap mengaku cinta pada Allah akan tetapi ia masih mengeluh atas musibah maka ia adalah pendusta."

Dan Allah Berfirman:
"Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku! niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran: 31)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar